Minggu, 21 Oktober 2012

TULISAN ILMIAH



Tulisan 3
TULISAN ILMIAH
Adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Dari definisi yang dikatakan bahwa karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Dapat disimpulkan bahwa karya ilmiah adalah bentuk yang tertulis, baik di buku, jrnal, majalah, surat kabar, maupun yang terdapat di jaringan internet, disamping ciri lain yang mesti dipenuhi dalam sebuah karya ilmiah.

Macam Karya Tulis Ilmiah
·         Makalah
Adalah karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan oleh mahasiswa.
·         Skripsi
Karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian di lapangan atau kajian pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian dalam rangka pnyelesaian studi tinggi untuk memperoleh gelar sarjana.
·         Tesis
Adalah karya ilmiah yang ditulis dalam ragka penyelesaian studi pada tingkat program strata dua, yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kritis.
·         Disertasi
Adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi tingkat strata tiga yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar doktor. Pembahasan dalam disertai harus analitis kritik, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangktan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.
·         Artikel
Adalah karya tulis lengkap, seperti laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan sebagainya (KBBI 2002: 66). Artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas ( Tartono 2005: 84).
·         Esai
Adalah ekspresi tertulis dari opini penulisnya. Sebuah esai akan makin baik jika penulisnya dapat menggabungkan fakta dengan imajinasi, pengetahuan dengan perasaan, tanpa mengedepankan salah satunya. Perbedaannya tulisan yang lain, sebuah esai tidak hanya sekedar menunjukan fakta atau menceritakan sebuah pengalama : ia menyelipkan opini penulis diantara fakta-fakta dan pengalaman tersebut. Jadi intinya kita harus memiliki sebuah opini sbelum menulis esai.
·         Opini
Adalah sebuah kepercayaa yang bukan berdasarkan pada keyakinan yang mutlak atau pengetahuan sahih, namun pada sesuatu yang nampak benar, valid atau mungkin yang ada dalam pikiran seseorang ; apa yang dipikirkan seseorang ; penilaian seseorang.
·         Fiksi
Berupa kisah rekaan, yang tidak boleh dibuat sembarangana, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb adalah hal penting yang memerlukan perhatian sendiri. Meski demikian, dengan kisah (bisa juga data) yang asalnya dari imajinasi pengarang tersebut, tulisan fiksi memungkinkan kebebasan bagi seseorang pengarang untuk membangun sebuah ‘kebenaran’ yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan kepada pembacanya. Tulisan fiksi meliputi : novelis, cerpenis, dramawan dan penyair.

Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaaji dari inimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti ( pokok pembahasan), dan bagian penutup. Pada bagian awal merupakan  pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok dari pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

Komponen karya ilmiah bervariansi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah menganung pendahuluan, bagian inti, bagian penutup, dan daftra pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Sumber :
http://aryonelmessi.wordpress.com/2011/02/24/penulisan-ilmiah-2/
http://www.karyatulisilmiah.com/pengertian-tulisan-ilmiah.html
Read more: http://infosinta.blogspot.com/2012/04/cara-unik-agar-potingan-di-blog-tidak.html#ixzz2A1zNDZwX

KARYA ILMIAH

Tulisan 2

KARYA ILMIAH

Karya ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum yang ditulis atau dikerjakan sesuai dengan tata cara ilmiah dan mengikti pedoman dan konvensi ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan. Fakta umum yang dimaksud ialah fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya. Namun, harus diingat tidak semua fakta umum bernilai ilmiah. Contoh fakta umu yang bernilai ilmiah : “ Jumlah sudut sebuah segitiga itu 180 derajat”. Dengan dasar pengetahuan, kita dapat membuat pernyataan bahwa jumlah sudut sebuah segitiga adalah sama dengan jumlah dua sudut siku-siku. Sebaliknya, contoh fakta yang tidak bernilai ilmiah : “ Orang itu berteriak dengan sekuat tenaga”. Adapun pedoman atau konvensi ilmiah memberikan petunjuk tentang cara menulis karya ilmiah.
Pernyataan ilmiah itu memerlukan pemikiran sebelumnya dan penerapan serta pengujian sesudahnya. Dengan demikian, pernyataan ilmiah itu dapat dibuktikan kebenarannya. Pemikiran sebelumnya mencakup semua alasan ilmiah berdasarkan fakta atau data yang diperoleh secara ilmiah. Melalui proses penalaran, dihasilkan produk pemikiran berupa pernyataan-pernyataan atau usulan-usulan yang dapat diperiksa benar tidaknya.

Fakta dan Penilaian
Karangan sebenarnya berisi pernyataan-pernyataan. Dalam menyusun pernyataan harus dibedakan antara fakta dan penilaian.
Fakta adalah apa yang ada, yang dapat dilihat, disaksikan, atau dirasakan. Suatu perbuatan yang dilakukan atau suatu peristiwa yang terjadi. Fakta selalu benar dan menyatakan apa adanya tanpa memperhitungkan pendapat orang tentangnya. Sedangkan, penilaian menyatakan simpulan, pertimbangan, pendapat, atau keyakinan seseorang tentang fakta itu. Dengan demikian, penilaian bersifat menghakimi, memvonis. Untuk lebih jelasnya fakta dan penilaian dapat dilihat pada contoh berikut :

Seorag anak bercerita kepada ibunya setelah menonton Kontes Dangdut Indonesia 2, bahwa ia melihat penampilan para kontestan. Cerita ini merupakan fakta, apabila anak tersebut melanjutkan ceritanya bahwa para konstestan itu penampilannya sangat memukau, maka cerita tersebut termaksud penilaian.

Jenis-jenis Karya Tulis Ilmiah :
a. Buku Pelajaran
Dikatakan sebagai karya tulis ilmiah di bidang pendidikan karena memiliki kebenaran ilmiah dan disusun dengan landasan teori tertentu.
b. Makalah
Makalah adalah sebuah karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu yang mencakup dalam ruang lingkup permasalahan.
Ciri- ciri Makalah :
1. merupakan hasil kajia literatur atau hasil laporan pelaksanaan kegiatan lapangan mengenai suatu permasalahn.
2. mendemontrasikan pemahaman teoritik dan kemampuan menerapkan prosedur, prinsip dan teori yang berhubungan dengan permasalahan.
3. menunjukkan kemampuan pemahaman isi dan berbagai sumber yang digunakan.
4. mendemontrasikan kemampuan menyusun berbagai sumber informasi ke dalam satu kesatuan sintesis yang utuh.

Makalah yang sering digunakan dalam karya tulis ilmiah
1. common paper, makalah yang dibuat secara deskriptif dan dengan mengemukakan berbagai aliran dan pendapat serta diperlukan argumentasi untuk mempertahankan suatu aliran atau pendapat tersebut.
2. position paper, makalah yang dibuat untuk menunjukan penguasaan pengetahuan serta dipihak mana penulis berdiri dan diperlukan sintesis juga evaluasi dalam penyusunannya.

Laporan Hasil Penelitian
Merupakan sajian tertulis dari hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan atau bisa dikatakan sebagai pertanggungjawaban dari kegiatan penelitian. Jika disusun dalam kaitannya dengan persyaratan akademik, maka bentuk laporannya dapat berpa skripsi, tesis, atau disertasi.

Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah berbeda dengan laporan hasil penelitian yang baku. Perbedaanya terdapat pada:
1. bahan yang ditulis dala artikel ilmiah lebih bersifat singkat padat dan enak dibaca.
2. sistematika diawali dengan kajian pustaka yang merupakan pendukung atau pembahasan rasional pentingnya masalah yang diteliti.

Macam – macam artikel ilmiah
·         Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
Adalah tulisan ilmiah yang didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan. Artikel ini disusun sedeikian rupa sehingga tetap menampilkan semua aspek laporan hasil penelitian, tetapi dalam format yang lebih ringkas.
·         Artikel Ilmiah Non Penelitian
Adalah artikel-artikel hasil pemikiran yang relevan, hasil penelitian terdahulu, disamping teori yang dapat digali dari buku-buku teks.

Prosedur Teknik Penulisan Artikel Ilmiah
·         Pengembangan gagasan
·         Perencanaan penulisan naskah
·         Pengembangan paragraf
·         Penulisan draf
·         Finalisasi

Komponen-komponen artikel ilmiah
1. Judul, hasil pemikiran hendaknya mencerminkan masalah yang dibahas. Pemilihan kata-kata yang mengandung unsur-unsur utama masalah dan judul harus memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi pembaca.
2. Nama Penulis, hendaknya tanpa disertai gelar akademik atau profesional guna menghindari bias senioritas dan wibawa serta inferioritas penulis.
3. Abstrak dan kata kunci, berisi ringkasan dari isi artikel yang dituangkan secara padat, bukan pengantar penulis.
4. Pendahuluan, menguraikan hal-hal yang dapat menarik perhatian pembaca dan hendak berisi paparan tentang permasalahan penelitian, wawasan dan rencana penulisan dalam rangka pemecahan masalahnya.
5. Bagian inti, lazimnya bagian inti berisi kupasan, analisis argumen, komparasi, keputusan dan pendirian atau sikap penulis mengenai masalah yang dibicarakan.
6. Metode, menguraikan bagaimana penelitian dilakukan seperti rancangan atau desain penelitian, sasaran atau target penelitian, teknik pengumpulan data, pengembangan instrumen dan teknik analisis data.
7. Hasil Penelitian, hendaknya disajika secara padat, dan komunikatif.

Membuat Karya Tulis Ilmiah
Kriteria pemilihan permasalahan :
1. untuk memulai menulis harus diawali dengan mengangkat permasalahan yang ada di lingkungan sekitar, mulai dari permasalahn yang sederhana sampai ke permasalahn yang paling komplek.
2. ruang lingkup permasalahn arus dari yang kecil sampai lingkup yang besar, serta dari lingkup terbatas sampai lingkp terluas.
3. permasalah yang diangkat harus merupakan masalah yang aktual.
Setelah menetapkan kriteria permasalahan, yang akan kita lakukan selanjutnya :
1. membuat daftar permasalahan yang timbul dalam benak pemikiran sendiri.
2. dari daftar permasalahan tersebut, buatlah skala prioritas dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan :
·         Apakah masalah ini berguna atau cukup penting untuk saya persoalkan ?
·         Apakah masalah ini akan menghasilkan suatu yang baru?
·         Apakah masalah cukup menarik perhatian?
·         Apakah masalah tersebut cukup terbatas, artinya tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit ?
·         Apakah masalah ini dapat diselesaikan dengan fasilitas dan kemampuan yang dimiliki ?
Untuk membuat konsep yang akan dijadikan acuan, maka harus dibuat garis besar penulisan (outline), karena akan menjadi pedoman penulisan yang nantinya akan menghasilkan karya yang lebih baik dan sistematis.
Bagian – bagian outline penulisan, terdiri dari :
1.      judul
2.      kata pengantar
3.      daftar isi
4.      daftar tabel
5.      daftar gambar
6.      bab pendahuluan
7.      bab penjelasan/pembahasan
8.      bab kesimpulan
9.      daftar pustaka

sumber :
http://susilawati.wordpress.com/2009/03/12/apa-sih-karya-tulis-ilmiah-itu/
http://tanadoank.blogspot.com/2012/03/pengenalan-karya-ilmiah.html

PENALARAN DEDUKTIF


Tulisan 1

PENALARAN DEDUKTIF

Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Atau sebuah metode berpikir yang menerapkan hal-hal umum, terlebih dahul seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Faktor-faktor penalaran Deduktif :
1.      Pembentukan teori
2.      Hipotesis
3.      Definisi Operasional
4.      Instrumen
5.      Operasionalisasi
Jenis-jenis Penalaran Deduktif :
1.      Silogisme Kategorial
Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi konditional hipotesis. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden simpulanya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Premis umum : Premis Mayor
Contohnya : Tidak ada manusia yang abadi
Premis khusus : Premis Minor
Contohnya : Socrates adalah mansia
Premis simpulan : Premis Kesimpulan
Contohnya : Socrates tidak abadi

Kaedah- kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
1.      Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2.      Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, premis kesimpulan.
3.      Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan kesimpulan.
4.      Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
5.      Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6.      Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu kesimpulan.
7.      Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8.      Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
2.      Silogisme Hipotesis
 silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut Parera (1991 : 131) Silogisme Hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan jika.. konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minr menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis :
1.      Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti :
Contoh :
Jika hujan, saya tidak pergi.
Sekarang hujan.
Jadi saya tidak pergi.
2.      Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh :
Bila musim kemarau datang, pohon-pohon akan mati.
Sekarang pohon-pohon telah mati.
Jadi musim kemarau telah datang.
3.      Silogisme hipotesis yang premis minornya mengikari antecedent, seperti :
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengikari bagian konsekuennya, seperti :
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah. Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Kaedah-kaedah silogisme hipotesis :
Mengambil konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibandingkan dengan silogisme kategorik. Tetapi yang peting disini adalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah :
1.      Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2.      Bila A tidak terlaksana maka B terlaksa. ( tidak sah = salah )
3.      Bila B terlaksana, maka A juga terlaksana. ( tidak sah = salah )
4.      Bila B terlaksana maka A tidak erlaksana.
Contoh :
a.       Premis Mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal.
Premis Minor : Hujan tidak turun
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal
b.       Premis Mayor : Jika tidak ada air, mahluk hidup akan kehausan.
Premis Minor : Air tidak ada
Kesimpulan : Mahluk hidup akan kehausan

3.      Silogisme Akternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang enerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis minornya.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti :
Contoh :
Ia lulus atau tidak lulus
Ternyata ia lulus
Jadi, Ia bukan tidak lulus

Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontrakditif, seperti :
Adi di rumah atau di kampus
Ternyata tidak di rumah
Jadi, di kampus

Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun dalam arti luas mempunyai dua tipe yaitu :
1.      Premis minornya mengkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif lain.
2.      Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif lain.

Kaedah-kaedah silogisme alternatif :
1.      Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid
2.      Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut :
a.       Bila premis minor mengakui salah satu alternatif konklusinya sah (benar)
Contoh :
Rizki menjadi guru atau pelaut
Ia adalah guru
Jadi bukan pelaut
b.      Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif konklusinya tidak sah ( salah).
Contoh :
Penjahat itu lari ke Surabaya tau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Surabaya. ( bisa jadi ia lari ke kota lain).
Contoh :
Premis Mayor : Nenek Ria berada di Bandung atau Bogor.
Premis Minor : Nenek Ria berada di Bandung
Kesimpulan : jadi, Nenek Ria tidak berada di Bogor.
4 . Entimen
     Silogisme ini jarang diteukan dalam kehidupan sehari- hari, baik dalam tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
     Entimen atau Enthyme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengakp, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimen, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah “enthymeme” kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak legkap dari bentuk selain silogime.
     Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah “retorik silogisme” adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya, entimen merupakan silogisme yang diperpendek.

sumber :
http://cahyanuaink.blogspot.com/2012/03/penalaran-deduktif.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/penalaran-deduktif-79/

PENALARAN DEDUKTIF


Tulisan 1

PENALARAN DEDUKTIF

Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Atau sebuah metode berpikir yang menerapkan hal-hal umum, terlebih dahul seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Faktor-faktor penalaran Deduktif :
1.      Pembentukan teori
2.      Hipotesis
3.      Definisi Operasional
4.      Instrumen
5.      Operasionalisasi
Jenis-jenis Penalaran Deduktif :
1.      Silogisme Kategorial
Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi konditional hipotesis. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden simpulanya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Premis umum : Premis Mayor
Contohnya : Tidak ada manusia yang abadi
Premis khusus : Premis Minor
Contohnya : Socrates adalah mansia
Premis simpulan : Premis Kesimpulan
Contohnya : Socrates tidak abadi

Kaedah- kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
1.      Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2.      Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, premis kesimpulan.
3.      Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan kesimpulan.
4.      Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
5.      Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6.      Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu kesimpulan.
7.      Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8.      Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
2.      Silogisme Hipotesis
 silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut Parera (1991 : 131) Silogisme Hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan jika.. konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minr menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis :
1.      Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti :
Contoh :
Jika hujan, saya tidak pergi.
Sekarang hujan.
Jadi saya tidak pergi.
2.      Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh :
Bila musim kemarau datang, pohon-pohon akan mati.
Sekarang pohon-pohon telah mati.
Jadi musim kemarau telah datang.
3.      Silogisme hipotesis yang premis minornya mengikari antecedent, seperti :
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengikari bagian konsekuennya, seperti :
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah. Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Kaedah-kaedah silogisme hipotesis :
Mengambil konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibandingkan dengan silogisme kategorik. Tetapi yang peting disini adalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah :
1.      Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2.      Bila A tidak terlaksana maka B terlaksa. ( tidak sah = salah )
3.      Bila B terlaksana, maka A juga terlaksana. ( tidak sah = salah )
4.      Bila B terlaksana maka A tidak erlaksana.
Contoh :
a.       Premis Mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal.
Premis Minor : Hujan tidak turun
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal
b.       Premis Mayor : Jika tidak ada air, mahluk hidup akan kehausan.
Premis Minor : Air tidak ada
Kesimpulan : Mahluk hidup akan kehausan

3.      Silogisme Akternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang enerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis minornya.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti :
Contoh :
Ia lulus atau tidak lulus
Ternyata ia lulus
Jadi, Ia bukan tidak lulus

Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontrakditif, seperti :
Adi di rumah atau di kampus
Ternyata tidak di rumah
Jadi, di kampus

Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun dalam arti luas mempunyai dua tipe yaitu :
1.      Premis minornya mengkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif lain.
2.      Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif lain.

Kaedah-kaedah silogisme alternatif :
1.      Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid
2.      Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut :
a.       Bila premis minor mengakui salah satu alternatif konklusinya sah (benar)
Contoh :
Rizki menjadi guru atau pelaut
Ia adalah guru
Jadi bukan pelaut
b.      Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif konklusinya tidak sah ( salah).
Contoh :
Penjahat itu lari ke Surabaya tau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Surabaya. ( bisa jadi ia lari ke kota lain).
Contoh :
Premis Mayor : Nenek Ria berada di Bandung atau Bogor.
Premis Minor : Nenek Ria berada di Bandung
Kesimpulan : jadi, Nenek Ria tidak berada di Bogor.
4 . Entimen
     Silogisme ini jarang diteukan dalam kehidupan sehari- hari, baik dalam tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
     Entimen atau Enthyme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengakp, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimen, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah “enthymeme” kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak legkap dari bentuk selain silogime.
     Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah “retorik silogisme” adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya, entimen merupakan silogisme yang diperpendek.

sumber :
http://cahyanuaink.blogspot.com/2012/03/penalaran-deduktif.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/penalaran-deduktif-79/

MAKNA DENOTATIF


Tugas 3

MAKNA DENOTATIF

Makna Denotasi/ denotatif adalah makna yang sebenarnya sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami perubahan makna.
Contoh :
-          Mas Parto membeli susu sapi
-          Dokter bedah itu berpartisipasi dalam sunatan masal.
Sedangkan Makna Lugas itu sendiri adalah makna yang sesungguhnya dan mirip dengan makna denotatif.
Contohnya :
-          Olahragawan itu senang memelihara binatang reptil
-          Pak Asep minum teh di pematang sawah
Pengertian lain mengenai makna denotasi, Denotasi adalah hubungan yang digunakan didalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting dalam ujaran (Lyons, I, 1977: 208). Dalam beberapa buku pelajaran, makna denotasi juga disebut makna dasar, makna asli, atau makna pusat.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa makna denotasi adalah makna sebenarnya yang apa adanya sesuai dengan indera manusia. Kata yang mengandung makna denotatif mudah dipahami karena tidak mengandung makna yang sulit walaupun masih bersifat umum. Makna yang bersifat umum ini maksudnya adalah makna yang telah diketahui secara jelas oleh semua orang. Berikut ini beberapa contoh kata yang mengandung makna denotatif.
1. Dia adalah wanita cantik
Kata cantik yang diucapkan oleh seorang pria terhadap wanita yang berkulit putih, berhidung mancung, mempunyai mata yang indah dan berabut hitam legam.
2. Rani sedang tidur di dalam kamarnya.
Kata tidur ini mengandung makna denotatif bahwa Rani sedang beristirahat dengan memejamkan matanya (tidur).
Masih banyak contoh kata-kata lain yang mengandung makna denotatif selama kata itu tidak disertai dengan kata lain yang dapat membentuk makna yang berbeda seperti contoh kata wanita yang makna denotasinya adalah seorang perempuan dan bukan laki-laki. Namun bila kata wanita disertai dengan kata malam (wanita malam) maka akan menghasilkan makna lain yaitu wanita yang dikonotasikan sebagai wanita nakal.

Sumber :
http://bahasaindonesiayh.blogspot.com/2012/05/makna-konotatif-dan-denotatif.html
http://organisasi.org/pengertian-makna-denotatif-konotatif-lugas-kias-leksikal-gramatikal-umum-dan-khusus

MAKNA KONOTATIF


Tugas 2

MAKNA KONOTATIF

Zgusta (1971: 38) berpendapat bahwa makna konotatif adalah makna semua komponen pada kata ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai. Menurut Harimurti (1982: 91) “aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang di dasarkan atas perasaan atau pikiran yang ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca)”.
Sebuah kata disebutkan mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai “nilai rasa”, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi, tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral. Positif atau negatifnya nilai rasa sebuah kata seringkali juga terjadi sebagai akibat digunakannya referan kata itu sebagai perlambang. Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang positif maka akan bernilai rasa yang positif; dan jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang negatif maka akan bernilai negatif.
Disebut dengan konotasi karena mengandung makna tambahan, kesan, dan nilai rasa yang dinyatakan secara langsung (kias). Konotasi adalah perubahan nilai arti kata disebabkan si pendengar memakai perasaanya untuk mengartikan kata itu.
Konotasi dapat dibedakan antara konotasi positif dan konotasi negatig. Konotasi positif mengandung nilai rasa lebih tinggi, baik, hals, sopan, dan menenangkan. Konotasi negatif mengandung nilai rasa rendah, jelek, kasar, kotor, dan tidak sopan.
Contoh kata gugur dan mampus makna denotasinya adalah mati, namun kata mampus termasuk konotasi negatif sedangkan gugur memiliki konotasi positif.
Makna konotasi/ konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh :
-          Para petugas gabungan merazia kupu-kupu malam tadi malam. (kupu-kupu malam = wts)
-          Bu Anik sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat. (lintah darat = rentenir)

Misalnya, burung garuda karena dijadika lambang negara Republik Indonesia maka menjadi bernilai positif sedangkan makna konotasi yang bernilai negatif seperti buaya yang dijadikan lambang kejahatan.
Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata “ceramah”, dulu kata ini berkonotasi negatif yang berarti “cerewet”. Tetapi sekarang sudah berkonotasi positif. Sebaliknya kata perempuan dulu sebelum Zaman Jepang berkonotasi netral, tetapi sekarang berkonotasi negatif.

Sumber :
http://organisasi.org/pengertian-makna-denotatif-konotatif-lugas-kias-leksikal-gramatikal-umum-dan-khusus
http://bahasaindonesiayh.blogspot.com/2012/05/makna-konotatif-dan-denotatif.html

KARANGAN ILMIAH


Tugas 1

KARANGAN ILMIAH

Karangan ilmiah adalah suatu karangan atau tulisan yang didasari dari hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dala bidang tertentu.
Contoh Karangan Ilmiah :
·         Makalah
Adalah karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan oleh mahasiswa.
·         Skripsi
Karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian di lapangan atau kajian pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian dalam rangka pnyelesaian studi tinggi untuk memperoleh gelar sarjana.
·         Tesis
Adalah karya ilmiah yang ditulis dalam ragka penyelesaian studi pada tingkat program strata dua, yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kritis.
·         Disertasi
Adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi tingkat strata tiga yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar doktor. Pembahasan dalam disertai harus analitis kritik, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangktan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.
·         Artikel
Adalah karya tulis lengkap, seperti laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan sebagainya (KBBI 2002: 66). Artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas ( Tartono 2005: 84).
·         Esai
Adalah ekspresi tertulis dari opini penulisnya. Sebuah esai akan makin baik jika penulisnya dapat menggabungkan fakta dengan imajinasi, pengetahuan dengan perasaan, tanpa mengedepankan salah satunya. Perbedaannya tulisan yang lain, sebuah esai tidak hanya sekedar menunjukan fakta atau menceritakan sebuah pengalama : ia menyelipkan opini penulis diantara fakta-fakta dan pengalaman tersebut. Jadi intinya kita harus memiliki sebuah opini sbelum menulis esai.
·         Opini
Adalah sebuah kepercayaa yang bukan berdasarkan pada keyakinan yang mutlak atau pengetahuan sahih, namun pada sesuatu yang nampak benar, valid atau mungkin yang ada dalam pikiran seseorang ; apa yang dipikirkan seseorang ; penilaian seseorang.
Fiksi
Berupa kisah rekaan, yang tidak boleh dibuat sembarangana, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb adalah hal penting yang memerlukan perhatian sendiri. Meski demikian, dengan kisah (bisa juga data) yang asalnya dari imajinasi pengarang tersebut, tulisan fiksi memungkinkan kebebasan bagi seseorang pengarang untuk membangun sebuah ‘kebenaran’ yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan kepada pembacanya. Tulisan fiksi meliputi : novelis, cerpenis, dramawan dan penyair.

Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaaji dari inimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti ( pokok pembahasan), dan bagian penutup. Pada bagian awal merupakan  pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok dari pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
Komponen karya ilmiah bervariansi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah menganung pendahuluan, bagian inti, bagian penutup, dan daftra pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Sumber :
http://aryonelmessi.wordpress.com/2011/02/24/penulisan-ilmiah-2/