Tulisan 1
PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Atau sebuah metode berpikir yang menerapkan hal-hal umum, terlebih dahul seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Faktor-faktor penalaran Deduktif :
1. Pembentukan teori
2. Hipotesis
3. Definisi Operasional
4. Instrumen
5. Operasionalisasi
Jenis-jenis Penalaran Deduktif :
1. Silogisme Kategorial
Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi konditional hipotesis. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden simpulanya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Premis umum : Premis Mayor
Contohnya : Tidak ada manusia yang abadi
Premis khusus : Premis Minor
Contohnya : Socrates adalah mansia
Premis simpulan : Premis Kesimpulan
Contohnya : Socrates tidak abadi
Kaedah- kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
1. Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, premis kesimpulan.
3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan kesimpulan.
4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu kesimpulan.
7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
2. Silogisme Hipotesis
silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut Parera (1991 : 131) Silogisme Hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan jika.. konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minr menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis :
1. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti :
Contoh :
Jika hujan, saya tidak pergi.
Sekarang hujan.
Jadi saya tidak pergi.
2. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh :
Bila musim kemarau datang, pohon-pohon akan mati.
Sekarang pohon-pohon telah mati.
Jadi musim kemarau telah datang.
3. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengikari antecedent, seperti :
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengikari bagian konsekuennya, seperti :
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah. Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Kaedah-kaedah silogisme hipotesis :
Mengambil konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibandingkan dengan silogisme kategorik. Tetapi yang peting disini adalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah :
1. Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2. Bila A tidak terlaksana maka B terlaksa. ( tidak sah = salah )
3. Bila B terlaksana, maka A juga terlaksana. ( tidak sah = salah )
4. Bila B terlaksana maka A tidak erlaksana.
Contoh :
a. Premis Mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal.
Premis Minor : Hujan tidak turun
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal
b. Premis Mayor : Jika tidak ada air, mahluk hidup akan kehausan.
Premis Minor : Air tidak ada
Kesimpulan : Mahluk hidup akan kehausan
3. Silogisme Akternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang enerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis minornya.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti :
Contoh :
Ia lulus atau tidak lulus
Ternyata ia lulus
Jadi, Ia bukan tidak lulus
Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontrakditif, seperti :
Adi di rumah atau di kampus
Ternyata tidak di rumah
Jadi, di kampus
Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun dalam arti luas mempunyai dua tipe yaitu :
1. Premis minornya mengkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif lain.
2. Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif lain.
Kaedah-kaedah silogisme alternatif :
1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid
2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut :
a. Bila premis minor mengakui salah satu alternatif konklusinya sah (benar)
Contoh :
Rizki menjadi guru atau pelaut
Ia adalah guru
Jadi bukan pelaut
b. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif konklusinya tidak sah ( salah).
Contoh :
Penjahat itu lari ke Surabaya tau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Surabaya. ( bisa jadi ia lari ke kota lain).
Contoh :
Premis Mayor : Nenek Ria berada di Bandung atau Bogor.
Premis Minor : Nenek Ria berada di Bandung
Kesimpulan : jadi, Nenek Ria tidak berada di Bogor.
4 . Entimen
Silogisme ini jarang diteukan dalam kehidupan sehari- hari, baik dalam tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Entimen atau Enthyme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengakp, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimen, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah “enthymeme” kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak legkap dari bentuk selain silogime.
Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah “retorik silogisme” adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya, entimen merupakan silogisme yang diperpendek.
sumber :
http://cahyanuaink.blogspot.com/2012/03/penalaran-deduktif.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/penalaran-deduktif-79/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar