Rabu, 18 Mei 2011

KEMISKINAN DAN KESENJANGAN

Konsep dan Definisi

Yang dimaksud kesenjangan ekonomi dan tingkat kemiskinan merupakan dua hal masalah besar di banyak NSB, tidak terkecuali Indonesia. Dikatakan besar karena jika masalah ini dibiarkan berlarut-larut maka akan semakin parah dan akhirnya akan menimbulkan konsekuensi politik dan sosial yang sangat serius. Suatu pemerintahan bisa jatuh karena amukan rakyat miskin yang sudah tidak tahan lagi menghadapi kemiskinan. Bahkan kejadian tragedi Mei 1998 menjadi suatu pertanyaan. Andaikan tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia sama seperti misalnya di Swiss.
Di Indonesia, pada awal pemerintahan orde baru para pembuat kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan ekonomi yang pada awalnya terpusat hanya di pulau Jawa, khususnya Jakarta dan sekitarnya, dan hanya disektor-sektor tertentu saja, pada akhirnya akan menghasilkan apa yang dimaksud dengan trickle down effect. Namun dalam kenyataannya setelah 10 tahun berjalan, efek meurun kebawah tersebut berjalan lambat, ditandai oleh kesenjangan yang semakin membesar. Orientasi pembangunan berubah : kesejahteraan masyarakat lebih diutamakan salah satunya melalui peningkatan pembangunan luar jawa seperti program IDT, pembangunan usaha kecil dan RT dll. Krisis moneter yang menimpa Indonesia memperparah kesenjangan ekonomi masyarakat.

Pertumbuhan, Kesenjangan, dan Kemiskinan
 
Mengikuti hipotensi Kuznets pada tahap awal dari proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung  meningkat dan saat mendekati tahap terakhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang. Seperti yang telah di katakan sebelumnya, faktor lain selain pertumbuhaan pendapatan yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di suau wilayah/negara, seperti derajat pendidikan tenaga kerja dan struktur ekonomi. Semakin besar ketimpangan dalam distribusi Janti (1997) menyimpulkan  pendapatan disebabkan oleh pergeseran demografi, perubahan pasar buruh, dan perubahan kebijakan publik. Perubahan pasar buruh ini disebabkan oleh kesenjangan pendapatan dari kepala keluarga dan semakin besar saham pendapatan istri dalam jumlah pendapatan keluarga.

Beberapa Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan
Foster (1984) memperkenalkan 3 indkator untuk mengukur kemiskinan.

a)      The incidence of poverty (rasio H) yaitu % dari populasi yang hidup adlam keluarga dengan pengeluaran konsumsi perkapita dibawah garis kemiskinan.
b)      The depth of poverty yaitu menggambarkan dalamnya kemiskinan disuatu wilayah yang diukur dengan Poverty Gap Index / indeks jarak kemiskinan (IJK) yaitu mengestimasi jarak pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai proporsi dari garis tersebut.
c)      The severity of poverty/Distributionally Sensitive Index yaitu mengukur tingkat keparahan kemiskinan dengan indeks keparahan kemiskinan (IKK) atau mengetahui intensitas kemiskinan.

Peneliti lain memasukkan 2 faktor lain yakni rata-rata besarnya kekurangan pendapatan orang miskin dan besarnya ketimpangan dalam distribusi pendapatan antar orang miskin. Semakin rata-rata besarnya kekurangan pendapatan orang miskin, semakin besar pendapatan antar orang miskin sehingga kemiskinan bertambah besar.
Elatisitas ketimpangan terhadap pertumbuhan dan elastisitas kemiskinan terhadap ketimpangan diperoleh dengan persamaan:
Log Pkt = w + Log Wkt + Log Gkt + wk + vkt
Dimana: 
 Pkt : Kemiskinan diwilayah k pada periode t
·         Gkt : Indeks gini untuk wilayah k pada periode t
·         Wkt : Rata-rata konsumsi/pendapatan riil (rasio kesejahteraan) diwilayah k pada periode t
·         Wk : efek-efek yang tetap
·         vkt :term kesalahan

1.      Temuan Empiris

 a.  Distribusi Pendapatan
                Data pengeluaran konsumsi dipakai sebagai suatu pendekatan  untuk mengukur distrubusi pendapatan masyarakat. Namun, data pengeluaran konsumsi bisa memberikan informasi yang tidak tepat mengenai pendapatan, atau tidak mencerminkan tingkat pendapatan yang sebenarnya.
                Akan tetapi, karena pengumpulan data pendapatan di Indonesia seperti di banyak LCDs lainnya masih relatif sulit, salah satunya karena banyak rumah tangga atau individu yang bekerja di sektor informal atau tidak menentu, maka penggunaan data pengeluaran konsumsi rumah tangga dianggap sebagai salah satu alternatif.
                Menjelang pertengahan tahun 1997, beberapa saat sebelum krisis ekonomi muncul, ingkat pendapatan per kepala di Indonesia sedah melebihi 1000 dolas AS, dan tingkat ini jauh lebih tinggi. Namun, apa artinya kalau hanya 10% saja dari jumlah penduduk di tanah air yang menikmati 90% dari jumlah PN. Sedangkan, sisanya 80% hanya menikmati 10% dari PN. Atau kenaikan PN selama masa itu hanya dinikmati oleh kelompok 10% tersebut, sedangkan pendapatan dari kelompok masyarakat yang mewakili 90% dari jumlah penduduk tidak mengalami perbaikan yang berarti.
 Boleh dikatakan bahwa baru sejak akhir 1970-an, Pemerintah Indonesia mulai memperlihatkan kesungguhan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sejak itu aspek pemerataan dalam trilogi pembangunan semakin ditekankan dan ini didentifikasikan dalam delapan jalur pemerataan. Sudah banyak program-program dari pemerintah pusat hingga saat ini yang mencerminkan upaya tersebut, seperti program serta kebijkan yang mendukung pembangunan industri kecil, rumah tangga dan koperasi, Program Keluarga Sejahtera, Program KB, UMR, UMP, dan lain sebagainya.

 b.  Kemiskinan
                Di Indonesia, kemiskinan merupakan salah satu masalah besar. Terutama meliahat kenyataan bahwa laju pengurangan jumlah orang miskin di tanah air berdasarkan garis kemiskinan yang berlaku jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu sejak Pelita I hingga 1997 (sebelum krisis eknomi). Berdasarkan fakta ini selalu muncul pertanyaan, apakah memang laju pertumbuhan yang tinggi dapat mengurangi tingkat kemiskinan atau apakah memang terdapat suatu korelasi negatif yang signifikan antara tingkat pertumbuhan dan presentase jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan?.
                Kalau dilihat data dari Asia dalam sstudinya Dealolikar dkk. (2002), kelihatannya memang ada perbedaan dalam presentase perubahan kemiskinan antara kelompok negara dengan leju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kelompoknegara dengan pertumbuhan yang rendah. Seperti China selama tahun 1994-1996 pertumbuhan PDB riil rata-rata per tahun 10,5%, tingkat penurunan kemiskinan per kapita selama periode tersebut sekitar 15,5%, yakni dari 8,4% ke 6,0% dari jumlah populasinya. Sedangkan, misalnya Bangladesh dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun hanya 3,1% selama 1992-1996, tingkat penurunan kemiskinannya per kapita hanya 2,5%. Ada sejumlah negara, termasuk Indonesia, yang jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan bertambah walaupun ekonominya tumbuh positif.
 Seperti telah dibahas sebelumnya, banyak studi empiris yang memang membuktikan adanya suatu relasi trade off yang kuat antara laju pertumbuhan pendapatan dan tingkat kemiskinan, namun hubungan negatif tersebut tidak sistematis. Namun, dari beberapa studi empiris yang pernah dilakukan, pendekatan yang digunakan berbeda-beda dan batas kemiskinan yang dipakai beragam pula, sehingga hasil atau gambaran mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan juga berbeda.

2.      Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan
 - Kecenderungan laju pertumbuhan yang meningkat
 - Rendahnya mutu SDM
 - Rendahnya SDA
 - Hipotesa Kuznet :
 1. Adanya relasi antara kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan perkapita dalam bentuk U terbalik
 2. Pada tahap awal pembangunan, kemiskinan meningkat sebagai akibat proses urbanisasi dan industrialisasi
 3. Pada tahap akhir pembangunan, kemiskinan menurun pada saat sektor industri di perkotaan dapat meyerap seluruh angkatan kerja yang berasal dari pedesaan
 4. Terjadi banyak pro dan kontra tentang pendapat kuznet

3.       Kebijakan Antikemiskinan

Untuk mengetahui kenapa diperlukan kebijakan anti-Kemiskinan dan distribusi pendapatan perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana hubungan alamiah antara pertumbuhan ekonomi, kebijakan, kelembagaan, dan penurunan kemiskinan. Lembaga-lembaga dunia mencakup World Bank, ADB, UNDP, ILO, dsb.
Tahun 1990, Bank Dunia lewat laporannya World Development Report on Poverty mendeklarasikan bahwa  peperangan melawan kemiskinan melalui:
a)      pertumbuhan ekonomi yang luas dan padat karya yang menciptakan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok miskin.
b)      Pengembangan SDM (pendidikan, kesehatan, dan gizi) yang memberi kemampuan mereka lebih baik untuk memanfaatkan kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi.
c)      Membuat jaringan pengaman social bagi penduduk miskin yang tidak mampu memperoleh dan menikmati pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja serta pengembangan SDM sebagai akibat dari cacat fisik dan mental, bencana, konflik social atau wilayah yang terisolasi secara fisik.
 World bank (2000) memberikan resep baru dalam memerangi kemiskinan dengan 3 pilar:
 a) Pemberdayaan yaitu proses peningkatan kapasitas penduduk miskin untuk mempengaruhi lembaga-lembaga pemerintah yang mempengaruhi kehidupan mereka dengan memperkuat partisipasi mereka dalam proses politik dan pengambilan keputusan tingkat local.
 b) Keamanan yaitu proteksi bagi orang miskin terhadap goncangan yang merugikan melalui manajemen yang lebih baik dalam menangani goncangan ekonomi makrodan jaringan pengaman yang lebih komprehensif
 c) Kesempatan yaitu proses peningkatan akses kaum miskin terhadap modal fisik dan modal manusia dan peningkatan tingkat pengembalian dari asset asset tersebut.

 ADB (1999) menyatakan ada 3 pilar untuk mengentaskan kemiskinan:
 a) Pertumbuhan berkelanjutan yang prokemiskinan
 b) Pengembangan social yang mencakup: pengembangan SDM, modal social, perbaikan status perempuan, dan perlindungan social
 c) Manajemen ekonomi makro dan pemerintahan yang baik yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan
 d) Factor tambahan:
 • Pembersihan polusi udara dan air kota-kota besar
 • Reboisasi hutan, penumbuhan SDM, dan perbaikan tanah


Kemiskinan di Indonesia, 1976-2008*
Tahun
Tingkat Kemiskinan
(%)
Jumlah Orang Miskin
(juta orang)

Kota
Desa
National
Kota
Desa
National
1976
38,8
40,4
40,1
10,0
44,2
54,2
1978
30,8
33,4
33,3
8,3
38,9
47,2
1980
29,0
28,4
28,6
9,5
32,8
42,3
1981
28,1
26,5
26,9
9,3
31,3
40,6
1984
23,1
21,2
21,6
9,3
25,7
35,0
1987
20,1
16,1
17,4
9,7
20,3
30,0
1990
16,8
14,3
15,1
9,4
17,8
27,2
1993
13,4
13,8
13,7
8,7
17,2
25,9
1996
13,4
19,8
17,5
9,4
24,6
34,0
1998
21,9
25,7
24,2
17,6
31,9
49,5
1999
19,4
26,0
23,4
15,6
32,3
48,0
2000
14,6
22,4
19,1
12,3
26,4
38,7
2001
9,8
24,8
18,4
8,6
29,3
37,9
2002
14,5
21,1
18,2
13,3
25,1
38,4
2003
13,6
20,2
17,4
12,2
25,1
37,3
2004
12,1
20,1
16,7
11,4
24,8
36,1
2005
11,7
19,98
15,97
12,4
22,7
35,1
2006
13,5
21,8
17,8
14,5
24,8
39,3
2007
12,5
20,4
16,6
13,6
23,6
37,2
2008**
...
...
15,4
...
...
34,96

Tingkat kemiskinan menurun dari 40 % ke sekitar 11% pada tahun 1976-1996, dan penurunan terbesar pada tahun 1970 an hingga awal tahhun 1980 an dengan 13%. Sedangkan selama periode 1981-1993 laju penurunan kemiskinan hanya sekitar 16%. Setelah sempat naik hingga mencapai 23,5% tahun 1999 akibat krisis ekonomi pada tahun 1997/98, tingkat kemiskinan cenderung menurun terus. Tetapi pada tahun 2006 tingkat kemiskinan naik 17,75% atau sektar 39,05 juta orang. Kenaikan disebabkan oleh pemotongan subsidi BBM pada tahun 2005. Jumlah penduduk miskin 2008 sebanyak 34,96 juta orang dibandingkan tahun 2007 37,17 juta jiwa.
Pendapatan Per-Kapita di ASEAN (Dolar AS)
Negara
1990
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Brunai Darussalam
12540
15800
16320
16310
14480
14060
14670
16010
17000
17590
19650
22540
26930
Kamboja
-
280
290
300
280
280
280
300
300
340
380
440
490
Indonesia
620
1010
1120
1120
670
590
590
740
810
920
1110
1260
1420
Laos DPR
200
360
390
380
310
290
290
310
330
350
420
460
500
Malaysia
2390
4030
4480
4600
3630
3370
3390
3410
3550
3900
4560
5070
5620
Myanmar
129
180
193
206
132
145
159
165
222
212
216
248
281
Philiphina
740
1040
1190
1230
1080
1050
1050
1050
1020
1070
1080
1270
1390
Singapora
18600
23260
25130
27160
23490
22880
22970
21250
21030
21750
25040
26620
28730

Program Pemerintah dalam menangulangi kemiskinan :
a) Jangka pendek yaitu membangun sector pertanian, usaha kecil dan ekonomi pedesaan
b) Jangka menenga\h dan panjang mencakup:
 • Pembangunan dan penguatan sector swasta
 • Kerjasama regional
 • Manajemen APBN dan administrasi
 • Desentralisasi
 • Pendidikan dan kesehatan
 • Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
 • Pembagian tanah pertanian yang merata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar