Minggu, 06 Mei 2012


Tulisan 6

Pendapat mengenai “ Analisis Ekonomi, Ekspentasi Inflasi, dan Kesejahteraan Petani di web Bustanul Arifin”

PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Kenaikan harga BBM yang terjadi tiap tahunnya, membuat masyarakat menjadi resah. Seandainya Indonesia punya pemerintah yang berwibawa, aparat yang kompeten secara moral dan ilmuan, serta pejabat publik mengerti tugas dan tanggung jawabnya, fenomena kenaikan harga pangan yang disebabkan BBM naik tiap tahunnya ini dapat di tanggulangi. Setidaknya, kalaupun harga tetap naik, dampak yang dirasakan masyarakat tidak akan terlalu berat.

2.    Tujuan
Memberikan wawasan tentang analisis ekonomi, ekspentasi inflasi dan kesejahteraan petani. Dan sebagai syarat mendapat kan nilai maksimal dalam mata kuliah Aspek Hukum dalam Ekonomi.

PEMBAHASAN

            Sebagaimana diketahui, harga eceran bahan bakar minya bersubsidi di dalam negeri tidak jadi naik pada awal April ini. Pemerintah bersama parlementer telah menyetujui besaran baru Anggaran Pendapatan dan Belanja negara Perubahan Tahun 2012 dengan defisit  Rp 190 triliun (2,23 persen) dan jika kelak harga BBM jadi dinaikan sebesar Rp 1.500 per liter.
            Keputusan politik yang diambil pada Jumat dini hari itu akhirnya memberikan diskresi kepada pemerintah untuk menyesuaikan harga bahan baku minyak (BBM) bersubsidi apabila rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude oil Price/ ICP) mengalami perubahan lebih dari 15 persen dalam kurun waktu enam bulan. Dengan posisi harga ICP yang telah melampaui 120 Dollar AS per Barrel, pemerintah mungkin akan menaikan harga BBM menjadi Rp 6000 per liter pada Oktober 2012 jika harga ICP tetap bertahan tinggi.
            Di satu sisi, masyarakat mungkin dapat terhibur dengan keputusan politik tersebut walaupun harga kebutuhan pokok sudah berangsur naik. Namun, di sisi lain keputusan yang sebenarnya meningkatkan ekspentasi inflasi (expected inflation) justru dapat memicu inflasi yang sebenarnya. Banyak analis memperkirakan laju inflasi bulan Maret akan berada di atas 0,1 persen walaupun musim panen padi telah dimulai. Laju inflasi tahunan 2012 ini akan berada diatas 5 persen, apabila jika harga BBM dinaikkan.
            Telah banyak bukti teoritis dan empiris bahwa ekspentasi yang lebih tinggi akan mempengaruhi tingkah laku ekonomi yang menimbulkan tambahan-tambahan biaya baru. Dengan perkiraan inflasi naik, yang juga berarti menurunnya daya beli, masyarakat cenderung menanamkan modal investasi jangka panjang, seperti tanah dan peoperti. Perkiraan inflasi ini pun akan meperumit pengendalian harga, terutama pangan pokok, karena psikologi pasar sudah terlanjur memiliki gambaran tidak stabil atau negatif.
            Pengalaman empiris pada 2011 juga menunjukan bahwa harga pangan dan kebutuhan pokok lain melonjak tinggi pada Juni-Agustus, terutama karena ekspentasi inflasi menghadapi bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Sepanjang Juli 2011 itu, harga beras kualitas murah sampai sedang telah naik 10 persen karena ekspentasi pedagang dan konsumen terhadap kenaikan harga yang akan terjadi. Pda 2012 ini, laju inflasi diperkirakan naik juga pada rentang musim kemarau tersebut karena panen padi telah selesai. Hanya sejumlah kesil petani yang mampu melakukan penyimpanan untuk keperluan pada musim panceklik.
            Menurut pendapat saya, kenaikan BBM ini sangat membuat masyarakat resah. Sebaiknya pemerintah lebih memikirkan keadaan masyarakatnya. Mungkin dengan alternatif lain, selain menaikkan harga BBM. Misalnya menaikkan pajak bagi perusahaan asing yang masuk ke Indonesia atau alternatif lain. Dan untuk masyarakatnya agar menghemat BBM, karena BBM merupakan barang langka. Membutuhkan beribu-ribu tahun untuk diperbaharui.


PENUTUP

Berdasarkan penjelasan tentang analisis ekonomi, ekspentasi inflasi dan kesejahteraan petani dapat disimpulkan bahwa sangat meresahkan masyarakat akibat kenaikan BBM tersebut. Semoga bermanfaat bagi pembacanya.
REFERENSI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar