Tulisan 6
Pendapat mengenai “ Analisis
Ekonomi, Ekspentasi Inflasi, dan Kesejahteraan Petani di web Bustanul Arifin”
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Kenaikan harga BBM yang
terjadi tiap tahunnya, membuat masyarakat menjadi resah. Seandainya Indonesia
punya pemerintah yang berwibawa, aparat yang kompeten secara moral dan ilmuan,
serta pejabat publik mengerti tugas dan tanggung jawabnya, fenomena kenaikan
harga pangan yang disebabkan BBM naik tiap tahunnya ini dapat di tanggulangi. Setidaknya,
kalaupun harga tetap naik, dampak yang dirasakan masyarakat tidak akan terlalu
berat.
2.
Tujuan
Memberikan wawasan
tentang analisis ekonomi, ekspentasi inflasi dan kesejahteraan petani. Dan sebagai
syarat mendapat kan nilai maksimal dalam mata kuliah Aspek Hukum dalam Ekonomi.
PEMBAHASAN
Sebagaimana
diketahui, harga eceran bahan bakar minya bersubsidi di dalam negeri tidak jadi
naik pada awal April ini. Pemerintah bersama parlementer telah menyetujui
besaran baru Anggaran Pendapatan dan Belanja negara Perubahan Tahun 2012 dengan
defisit Rp 190 triliun (2,23 persen) dan
jika kelak harga BBM jadi dinaikan sebesar Rp 1.500 per liter.
Keputusan politik yang diambil pada
Jumat dini hari itu akhirnya memberikan diskresi kepada pemerintah untuk
menyesuaikan harga bahan baku minyak (BBM) bersubsidi apabila rata-rata minyak
mentah Indonesia (Indonesia Crude oil Price/ ICP) mengalami perubahan lebih
dari 15 persen dalam kurun waktu enam bulan. Dengan posisi harga ICP yang telah
melampaui 120 Dollar AS per Barrel, pemerintah mungkin akan menaikan harga BBM
menjadi Rp 6000 per liter pada Oktober 2012 jika harga ICP tetap bertahan
tinggi.
Di satu sisi, masyarakat mungkin
dapat terhibur dengan keputusan politik tersebut walaupun harga kebutuhan pokok
sudah berangsur naik. Namun, di sisi lain keputusan yang sebenarnya meningkatkan
ekspentasi inflasi (expected inflation) justru dapat memicu inflasi yang
sebenarnya. Banyak analis memperkirakan laju inflasi bulan Maret akan berada di
atas 0,1 persen walaupun musim panen padi telah dimulai. Laju inflasi tahunan
2012 ini akan berada diatas 5 persen, apabila jika harga BBM dinaikkan.
Telah banyak bukti teoritis dan
empiris bahwa ekspentasi yang lebih tinggi akan mempengaruhi tingkah laku
ekonomi yang menimbulkan tambahan-tambahan biaya baru. Dengan perkiraan inflasi
naik, yang juga berarti menurunnya daya beli, masyarakat cenderung menanamkan
modal investasi jangka panjang, seperti tanah dan peoperti. Perkiraan inflasi
ini pun akan meperumit pengendalian harga, terutama pangan pokok, karena
psikologi pasar sudah terlanjur memiliki gambaran tidak stabil atau negatif.
Pengalaman empiris pada 2011 juga
menunjukan bahwa harga pangan dan kebutuhan pokok lain melonjak tinggi pada
Juni-Agustus, terutama karena ekspentasi inflasi menghadapi bulan Ramadhan dan
Idul Fitri. Sepanjang Juli 2011 itu, harga beras kualitas murah sampai sedang
telah naik 10 persen karena ekspentasi pedagang dan konsumen terhadap kenaikan
harga yang akan terjadi. Pda 2012 ini, laju inflasi diperkirakan naik juga pada
rentang musim kemarau tersebut karena panen padi telah selesai. Hanya sejumlah
kesil petani yang mampu melakukan penyimpanan untuk keperluan pada musim
panceklik.
Menurut pendapat saya, kenaikan BBM
ini sangat membuat masyarakat resah. Sebaiknya pemerintah lebih memikirkan
keadaan masyarakatnya. Mungkin dengan alternatif lain, selain menaikkan harga
BBM. Misalnya menaikkan pajak bagi perusahaan asing yang masuk ke Indonesia
atau alternatif lain. Dan untuk masyarakatnya agar menghemat BBM, karena BBM
merupakan barang langka. Membutuhkan beribu-ribu tahun untuk diperbaharui.
PENUTUP
Berdasarkan
penjelasan tentang analisis ekonomi, ekspentasi inflasi dan kesejahteraan
petani dapat disimpulkan bahwa sangat meresahkan masyarakat akibat kenaikan BBM
tersebut. Semoga bermanfaat bagi pembacanya.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar