Tulisan 8
Mengajak Petani Berbisnis
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Para petani di
Indonesia belum pintar dalam mengelolah usahanya. Karena bila dengan mengandalkan
hasil dari panen. Hanya mendapatkan untung berapa persen saja. Para petani
menjual hasilnya ke luar negeri dengan barang mentah. Ketika barang sampai
diluar, barang tersebut akan dikelola menjadi barang yang mempunyai nilai harga
yang lebih tinggi ketika dijual di negara kita.
2.
Tujuan
Memberikan wawasan
tentang bagaimana cara mengajak petani berbisnis. Dan sebagai syarat mendapat
kan nilai maksimal dalam mata kuliah Aspek Hukum dalam Ekonomi.
PEMBAHASAN
Dalam
usaha mengajak berbisnis petani di Samarinda, Asisten II Setprov, HM Sa’bani
mengajak masyarakat Kaltim- khususnya para petani untuk mengubah pola pikir
dalam usaha pertanian tanaman pangan yang kurang menjanjikan menjadi sektor
usaha produktif yang mampu meningkatkan taraf kesejahteraan petani sendiri dan
masyarakat.
“Tidak
cukup dengan sektor pertanian tradisional. Harus dilakuka intensif,
memodernisasi metode maupun peralatan bercocok tanam. Nah, cara-cara ini hanya
bisa dilakukan dengan pola kemitraan yang saling menguntungkan seperti konsep Food dan Rice Estate yang direncanakan
Pak Gubernur kita, “ujar Sa’bani ketika menjadi narasumber dialog interaktif
Diskominfo Kaltim melalui tayangan TVRI Kaltim, Rabu (28/3).
Dialog
ini adalah program rutin kerjasama Dskominfo Kaltim dengan TVRI untuk
menyebarluaskan dan menyerap aspirasi masyarakat terikat program pembangunan
provinsi Kaltim. Kali ini, Sa’bani ditemani Ketua Tim Food and Rice Estate Kaltim, Riyanto ; sebagai narasumber dengan
topik bahasan ketahanan pangan.
Ia
menyebutkan,bahwa Food dan Rice Estate ini memiliki dua sisi positif sekaligus
jika benar-benar dilaksanakan secara optimal. Selain mampu menjaga keamanan
ketahanan pangan nasional, juga mampu meningkatkan kesejahteraan para petani
dan masyarakat sekitar, karena dapat membuka lapangan pekerjaan dan peluang
bisnis baru mereka
“Pola
kemitraan ini diterapkan agar tidak ada salah satu pihak yang dirugikan dengan
Food and Rice Estate. Intinya, semua harus menikmati dan merasakan manfaatnya
atau sering disebut multiplier effect atau dampak yang ditimbulkan dari program
itu, “ujarnya seraya menimpali program ini berangkat dari pengalaman pahit
tentang masa kejayaan sektor kehutanan yang hanya dirasakan pengusaha semata.
Lantas
Riyanto menimpali, pelaksanaan Food and Rice Estate melalui metode
instensifikasi ini sangat menguntungkan petani dan mitranya. Contohnya, jika
petani tradisional menghasilkan padi 2,5 ton gabah kering per hektar, maka
dengan intensifikasi setidaknya akan mampu meningkatkan produksi dua kali
lipat, bisa menghasilkan 5 ton gabah kering per hektarnya.
“Nah,
kalikan saja keuntungan yang didapat dalam sekali panen, apabila jika dua kali
panen satu tahun, maka bisnis perkebunan kelapa sawit saja bisa tertinggal,”
paparnya seraya menyebut, standar pelaksanaan Food and Rice Estate minimal 1
hektar lahan mampu menghasilkan produksi pertanian tanaman pangan sebanyak 50
ton.
Ketika
menjawab Fuad, warga Samarinda seberang, yang menyoal seberapa besar
kemungkinan suksesnya pelaksanaan lantaran bertolak belakang dengan maraknya
pertambangan batubara, Sa’bani mengaku memang menjadi dilema bagi masyarakat
Kaltim. “Saya kira, ke depan perlu ada konsep baru yang mampu mengemas agar
soal sektor pertanian dipandang sebagai usaha yang menjanjikan bagi masyarakat”,
katanya.
Ide
dasar adalah petani Indonesia harus memanfaatkan fasilitas yang ada seperti
memanfaatkan internet sebagai alat bisnis mereka. Pemanfaatan internet bagi
siapapun yang ingin maju sekarang sudah menjadi kebutuhan mutlak. Seluruh dunia
terhubung dengan internet. Dengan intenet kita dapat mencari informasi dan atau
berbisnis dengan menggunakan olline.
PENUTUP
Berdasarkan penjelasan
diatas mengenai bagaimana cara mengajak petani berbisnis, dapat disimpulkan
petani dapat menaikkan nilai harga jual panennya dengan mengelolah panennya
dalam bentuk barang yang siap dipakai. Dengan membaca makalah ini semoga
bermanfaat bagi kalian.
REFERENSI
http://www.jokosusilo.com/2009/09/30/petani-indonesia-berbisnis-internet-mengapa-tidak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar