Minggu, 06 Mei 2012


Tulisan 8

Mengajak Petani Berbisnis

PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Para petani di Indonesia belum pintar dalam mengelolah usahanya. Karena bila dengan mengandalkan hasil dari panen. Hanya mendapatkan untung berapa persen saja. Para petani menjual hasilnya ke luar negeri dengan barang mentah. Ketika barang sampai diluar, barang tersebut akan dikelola menjadi barang yang mempunyai nilai harga yang lebih tinggi ketika dijual di negara kita.

2.    Tujuan
Memberikan wawasan tentang bagaimana cara mengajak petani berbisnis. Dan sebagai syarat mendapat kan nilai maksimal dalam mata kuliah Aspek Hukum dalam Ekonomi.

PEMBAHASAN

Dalam usaha mengajak berbisnis petani di Samarinda, Asisten II Setprov, HM Sa’bani mengajak masyarakat Kaltim- khususnya para petani untuk mengubah pola pikir dalam usaha pertanian tanaman pangan yang kurang menjanjikan menjadi sektor usaha produktif yang mampu meningkatkan taraf kesejahteraan petani sendiri dan masyarakat.
“Tidak cukup dengan sektor pertanian tradisional. Harus dilakuka intensif, memodernisasi metode maupun peralatan bercocok tanam. Nah, cara-cara ini hanya bisa dilakukan dengan pola kemitraan yang saling menguntungkan seperti konsep Food dan Rice Estate yang direncanakan Pak Gubernur kita, “ujar Sa’bani ketika menjadi narasumber dialog interaktif Diskominfo Kaltim melalui tayangan TVRI Kaltim, Rabu (28/3).
Dialog ini adalah program rutin kerjasama Dskominfo Kaltim dengan TVRI untuk menyebarluaskan dan menyerap aspirasi masyarakat terikat program pembangunan provinsi Kaltim. Kali ini, Sa’bani ditemani Ketua Tim Food and Rice Estate Kaltim, Riyanto ; sebagai narasumber dengan topik bahasan ketahanan pangan.
Ia menyebutkan,bahwa Food dan Rice Estate ini memiliki dua sisi positif sekaligus jika benar-benar dilaksanakan secara optimal. Selain mampu menjaga keamanan ketahanan pangan nasional, juga mampu meningkatkan kesejahteraan para petani dan masyarakat sekitar, karena dapat membuka lapangan pekerjaan dan peluang bisnis baru mereka
“Pola kemitraan ini diterapkan agar tidak ada salah satu pihak yang dirugikan dengan Food and Rice Estate. Intinya, semua harus menikmati dan merasakan manfaatnya atau sering disebut multiplier effect atau dampak yang ditimbulkan dari program itu, “ujarnya seraya menimpali program ini berangkat dari pengalaman pahit tentang masa kejayaan sektor kehutanan yang hanya dirasakan pengusaha semata.
Lantas Riyanto menimpali, pelaksanaan Food and Rice Estate melalui metode instensifikasi ini sangat menguntungkan petani dan mitranya. Contohnya, jika petani tradisional menghasilkan padi 2,5 ton gabah kering per hektar, maka dengan intensifikasi setidaknya akan mampu meningkatkan produksi dua kali lipat, bisa menghasilkan 5 ton gabah kering per hektarnya.
“Nah, kalikan saja keuntungan yang didapat dalam sekali panen, apabila jika dua kali panen satu tahun, maka bisnis perkebunan kelapa sawit saja bisa tertinggal,” paparnya seraya menyebut, standar pelaksanaan Food and Rice Estate minimal 1 hektar lahan mampu menghasilkan produksi pertanian tanaman pangan sebanyak 50 ton.
Ketika menjawab Fuad, warga Samarinda seberang, yang menyoal seberapa besar kemungkinan suksesnya pelaksanaan lantaran bertolak belakang dengan maraknya pertambangan batubara, Sa’bani mengaku memang menjadi dilema bagi masyarakat Kaltim. “Saya kira, ke depan perlu ada konsep baru yang mampu mengemas agar soal sektor pertanian dipandang sebagai usaha yang menjanjikan bagi masyarakat”, katanya.
Ide dasar adalah petani Indonesia harus memanfaatkan fasilitas yang ada seperti memanfaatkan internet sebagai alat bisnis mereka. Pemanfaatan internet bagi siapapun yang ingin maju sekarang sudah menjadi kebutuhan mutlak. Seluruh dunia terhubung dengan internet. Dengan intenet kita dapat mencari informasi dan atau berbisnis dengan menggunakan olline.

PENUTUP

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai bagaimana cara mengajak petani berbisnis, dapat disimpulkan petani dapat menaikkan nilai harga jual panennya dengan mengelolah panennya dalam bentuk barang yang siap dipakai. Dengan membaca makalah ini semoga bermanfaat bagi kalian.

REFERENSI
http://www.jokosusilo.com/2009/09/30/petani-indonesia-berbisnis-internet-mengapa-tidak/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar